Rumus Gampang Cara Menghitung Kapasitas Mesin Kendaraan Bermotor


Cara menghitung kapasitas mesin kendaraan bisa dilakukan dengan rumus yang sederhana dan mudah.

Namun, tentunya harus tahu dulu ukuran bore, stroke, dan jumlah silinder yang dimiliki mesin tersebut.

Cara Menghitung Kapasitas Mesin Kendaraan

(Foto: Elevate Car)

Mengetahui kapasitas mesin kendaraan sebenarnya bukanlah sesuatu yang sulit karena angkanya terpampang di mana-mana.

Mulai dari lembar spesifikasi hingga STNK.

Bahkan terkadang pabrikan otomotif ikut mencantumkan kapasitas mesin sebuah produk pada namanya.

Hal semacam itu paling sering dijumpai pada dunia kendaraan roda dua, contohnya: Yamaha NMax 155, Honda ADV 150, atau Kawasaki Ninja 250.

Mesti diakui, angka kapasitas mesin memiliki nilai jual tersendiri agar produk lebih menarik di mata konsumen.

Makin besar angkanya akan dianggap makin bertenaga. 

Baca Juga: Biaya Turun Mesin Motor Memang Mahal, Tapi Perlu Dilakukan

Di samping itu, angka-angka tersebut juga akan membuat suatu produk lebih mudah dikenali berdasarkan segmennya.

Hal ini berlaku terutama untuk merek yang memiliki model beragam dengan nama mirip. 

Misalnya Kawasaki Ninja di Indonesia yang hadir dengan opsi mesin 250 cc (Ninja 250), 636 cc (Ninja ZX-6R), atau 998 cc (Ninja ZX-10R).

Apa Itu Kapasitas Mesin Kendaraan?

Dalam “Piston Engine Displacement” oleh The Engineering Toolbox dijelaskan bahwa kapasitas mesin yang dalam bahasa Inggris disebut engine capacity atau engine displacement merupakan ukuran volume silinder dari semua piston pada mesin pembakaran internal.

Keberadaannya kerap digunakan sebagai ukuran seberapa besar sebuah mesin dan salah satu satu indikator kekuatan dari mesin tersebut. Kapasitas mesin umumnya menggunakan satuan cubic centimeter (cc) atau liter (l).

Walaupun kapasitas mesin bisa ditemui dengan mudah di mana-mana, mungkin saja ada pemilik yang penasaran dari mana angka-angka tersebut berasal.

Untuk itu mari simak cara menghitung kapasitas mesin kendaraan dalam ulasan di bawah ini.

Perbedaan bore dan stroke

(Foto: Road and Track)

Rumus Cara Menghitung Kapasitas Mesin Kendaraan

Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas mesin.

Tapi yang paling mudah ialah cc = 0,785 x (B x B) x S. Dalam hal ini, huruf “B” adalah diameter piston alias bore dan “S” adalah panjang langkah piston alias stroke.

Sebagai contoh, mari hitung kapasitas mesin skuter matik Honda BeAT yang diketahui memiliki bore dan stroke masing-masing 47 mm serta 63,1 mm. 

  • Langkah pertama: cc = 0,785 x (47 x 47) x 63,1
  • Langkah kedua: cc = 0,785 x 2.209 x 63,1
  • Hasilnya: 109419.5015 atau jika dikonversi ke cc menjadi 109,4

Mayoritas pabrikan akan melakukan pembulatan ke atas untuk kapasitas mesin produknya karena berbagai alasan. Contohnya, seperti yang diketahui Honda BeAT dipasarkan sebagai skuter matik bermesin 110 cc.

Sampai pada tahap ini rasanya sudah cukup jelas mengenai cara menghitung kapasitas mesin kendaraan terutama untuk yang memiliki silinder tunggal.

Tapi di luar itu banyak kendaraan yang memiliki silinder lebih dari satu. Misalnya Kawasaki Ninja 250 yang memiliki dua silinder.

Bagaimana cara menghitungnya?

Pada dasarnya rumus yang digunakan sama saja, tapi hasil akhirnya dikalikan jumlah silinder.

Sebagai contoh, Kawasaki Ninja 250 diketahui memiliki bore dan stroke masing-masing 62 mm serta 41,2 mm. Dengan begitu rumus perhitungannya adalah sebagai berikut.

  • Langkah pertama: 0,785 x (62 x 62) x 41,2 x 2
  • Langkah kedua: 0,785 x 3.844 x 41,2 x 2
  • Hasilnya: 248645.296 atau jika dikonversi ke cc menjadi 248.6

Cara yang sama juga dapat diterapkan untuk menghitung kapasitas mesin mobil yang silindernya bisa berjumlah 4 bahkan 6.

Tinggal kalikan saja hasilnya dengan jumlah silinder yang dimiliki mesin kendaraan tersebut.

Ilustrasi mesin pembakaran internal

Ilustrasi mesin pembakaran internal (Foto: Engineering News)

Pengaruh Kapasitas Mesin Terhadap Konsumsi BBM

Beredar anggapan bahwa makin besar kapasitas mesin maka konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan tersebut akan tambah boros. Di satu sisi pemikiran tersebut ada benarnya.

Sebab, dengan makin besarnya bore dan stroke otomatis mesin akan menyedot lebih banyak campuran bahan bakar serta udara dalam proses pembakarannya.

Tapi perlu diingat bahwa konsumsi bahan bakar kendaraan ditentukan oleh beberapa faktor, bukan hanya kapasitas mesin.

Salah satunya ialah power to weight ratio yang tak lain ialah perbandingan antara tenaga maksimum mesin dengan bobot kendaraan.

Mesin yang memiliki beban lebih ringan untuk membawa kendaraan melaju cenderung lebih irit bahan bakar.

Sebagai contoh, sepeda motor A punya bobot 140 kg dengan tenaga puncak 25 hp. Kemudian sepeda motor B juga punya bobot 140 kg namun dengan mesin lebih kecil yang tenaganya hanya 17 hp.

Sepeda motor B dengan label “mesin lebih kecil” mungkin saja akan dianggap lebih irit, tapi hasilnya bisa berbeda kalau melihat power to weight ratio masing-masing sepeda motor. 

Sepeda motor A memiliki power to weight ratio 0,178 hp untuk setiap 1 kg. Sedangkan sepeda motor B punya 0,121 hp untuk setiap 1 kg. Dalam perhitungan power to weight ratio, makin besar angkanya maka makin bagus.

Terlihat beban mesin sepeda motor A lebih ringan karena punya tenaga lebih besar untuk setiap kg dari bobot sepeda motor. Hal ini membuatnya berpotensi memiliki konsumsi bahan bakar lebih hemat.

Hal ini belum lagi ditambah inovasi-inovasi pabrikan untuk menekan konsumsi bahan bakar, misalnya katup variabel atau sistem idling start stop.

Jadi pada intinya makin besar kapasitas mesin kendaraan belum tentu lebih boros BBM terlebih lagi seiring perkembangan teknologi.

Mesin Kawasaki Ninja 250

Banyak motor sport menggunakan mesin overbore. (Foto: Kawasaki)

Perbedaan Mesin Overbore dan Overstroke

Rumus cara menghitung kapasitas mesin kendaraan sangat berkaitan dengan bore dan stroke. Pemilik mau tak mau harus mencari tahu dulu ukuran keduanya sebelum bisa melakukan perhitungan.

Hal tersebut sekaligus menjadi kesempatan untuk mengetahui karakter mesin kendaraannya. Apakah overbore, overstroke, atau malah square?

Sebagai informasi, mesin overbore artinya diameter piston lebih panjang dari stroke atau langkahnya. Sedangkan pengertian overstroke adalah sebaliknya.

Nah, khusus mesin square artinya ukuran bore dan stroke sama panjang atau bedanya sangat tipis.

Untuk karakternya, sudah bukan rahasia lagi mesin overbore punya tenaga lebih mantap dan dapat berputar lebih tinggi.

Tak aneh mesin semacam ini kerap ditemui pada motor sport, contohnya Kawasaki Ninja 250 dengan bore 62 mm dan stroke 41,2 mm.

Baca Juga: 7 Sepeda Motor Termahal di Dunia, Bentuknya di Luar Nalar dan Harga Ratusan Miliar Rupiah!

Di lain sisi mesin overstroke karakternya lebih mengutamakan torsi dan tarikan bawah.

Mesin semacam sangat cocok untuk aktivitas berkendara sehari-hari yang sering stop and go.

Contohnya bisa dilihat pada mesin Honda BeAT yang punya bore 47 mm dan stroke 63,1 mm.

Tapi beda lagi kalau melihat mesin Honda CB150 Verza yang punya bore 57,3 mm dan stroke 57,8 mm. Dengan selisih hanya 0,5 mm bisa dibilang termasuk square.

Karakter yang ditawarkan cenderung seimbang antara tarikan pada putaran atas mesin dan bawahnya.

Penulis: Mada Prastya
Editor: Dimas

Download Aplikasi Carmudi untuk Dapatkan Deretan Mobil Baru & Bekas Terbaik serta Informasi Otomotif Terkini! 

Download Carmudi di Google Play Store Download Carmudi di App Store

Post Views: 12,102

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *